Tanpa judul

    Banyak yang menanyakan tentang tiketing dalam sesasren tahun ini, mengenai hal ini mungkin dikarenakan budaya membeli tiket masih sangat baru di dusun atau daerah, khususnya untuk sebuah pertunjukan seni. Nha, sebenarnya kami mencantumkan kalimat "kenclengan tiket" adalah utuk sedikit demi sedikit membangun ekosistem kesenian, walaupun kami berada di dusun dan di daerah.


    Atau lebih singkatnya kami ingin meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai apresiasi seni, karena masih sangat sedikit masyarakat yang menyadari fungsi atau dampak kesenian terhadap keseimbangan sosial. Apresiasi terhadap seni sebenarnya sangat sederhana, mengunjungi giat kesenian atau tidak membeli bajakan, sedangkan membeli tiket bukan hanya tentang jual beli atau laba saja, tapi juga tentang kesadaran yang membangun sinergi antara kesenian, masyarakat, lingkungan serta kebudayaan.


        Mengenai tiketing di sesasren tahun ini, kami masih belum menggunakan pola bayar tiket baru masuk. Selain karena kami menyadari keadaan ekonomi di lingkungan sekitar sanggar, kami juga mempertimbangkan tentang respon masyarakat. Jadi metode "kenclengan tiket" kami pilih karena kami mengerti betul culture apresiasi di masyarakat, nanti kami akan memberikan sosialisasi tentang apresiasi yang kami anggap apresiasi aktif dan apresiasi pasif, dan kenclengan tiket ini nanti akan dibebaskan kepada pengunjung untuk suka rela mengisi kotak tiket, tanpa mematok nominal, atau tidak menjadi masalah jika memang tidak berkenan ikut kenclengan.


    Kenclengan menurut kami adalah pola yang tepat untuk meningkatkan kesadaran masyarakat atas beberapa faktor yang sangat berpengaruh dalam produksi sebuah pementasan. Selain ide, konflik, dan sosial juga dapat dilihat beberapa properti yang harus diproduksi atau di sewa, dalam hal ini maka kesadaran masyarakat untuk ikut berpartisipasi

*

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama